Senin, 31 Maret 2014

LAPORAN PENELITIAN SEJARAH PEMINATAN "MUSEUM WAYANG SENDANG MAS & PENDOPO SI PANJI"

KATA PENGANTAR


Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan penelitian ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam laporan penelitian ini kami membahas penelitian mengenai Museum Wayang dan Pendopo Banyumas .
Laporan ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini. Oleh karena itu kami mengharap  kritik  dan  saran  yang  bersifat  membangun  demi  kesempurnaan  laporan  karya  tulis  ini selanjutnya.
Akhir  kata  penulis  berharap  atas  nama  Tuhan Yang  Maha  Esa  semoga  laporan  karya  tulis  ini  dapat  bermanfaat  dan  berguna  bagi  semua  pihak.





Banyumas, Desember  2013



Tim Penyusun



ABSTRAKSI


Keyword : MUSEUM WAYANG & PENDOPO SI PANJI
Museum Wayang Sendang Mas adalah museum wayang yang terletak di kota Banyumas. Didirikan pada tanggal 31 Desember 1983 dan sekarang dikelola oleh Yayasan Seni Budaya Sendang Mas. Koleksi utamanya adalah wayang-wayang dalam gagrak Banyumasan, terutama sekali tokohBawor yang hanya ada dalam wayang Banyumasan. Selain itu terdapat koleksi benda-benda purbakala yang ditemukan di sekitar kabupaten Banyumas. Nama Sendang Mas sendiri merupakan akronim dari Seni Pedalangan Banyumas.
Pendopo Si Panji adalah salah satu artefak dalam bentuk bangunan yang dianggap bersejarah dalam terbentuknya Kota Purwokerto sebagai bagian utama wilayah Kabupaten Banyumas saat ini.
Bangunan Pendapa Si Panji yang saat ini berdiri megah di alun-alun Kota Purwokerto merupakan salah satu peninggalan bersejarah dan dihormati oleh masyarakat Banyumas, karena salah satu pilar dari pendopo ini, yang dinamai Si Panji, merupakan wujud perlambang kekuatan.
Saat itu wilayah Banyumas sering terjadi Banjir karena kondisi geografisnya yang berdekatan dengan Sungai (Kali) Serayu dan lebih rendah datarannya.
Sehingga setiap kali musim penghujan tiba dan Sungai Serayu meluap airnya maka di Banyumas terjadi banjir. Karena alasan tersebut maka Ibukota Kabupaten Banyumas diputuskan untuk dipindah dan mencari tempat yang lebih tinggi dari permukaan Kali Serayu. Saat perpindahan tersebut terjadi sekitar tanggal 7 Januari 1937 dibawah pemerintahan KRAA Sudjiman Mertadiredja Gandasoebrata, Bupati Banyumas saat itu.

Proses perpindahan Ibukota Kabupaten Banyamas ke Kota Purwokerto ternyata juga memerlukan perjuangan dan peristiwa yang bernilai budaya tinggi. Karena saat pemindahan Pendopo maka semua perlambang pemerintahan akan juga dibawa serta termasuk Pilar Si Panji. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi untuk memindahkan Pilar Si Panji dan hal tersebut dipercaya oleh masyarakat Banyumas sampai dengan saat ini, yaitu Pilar Si Panji tidak boleh dibawa menyeberangi Sungai Serayu, padahal arah dari Kota Kabupaten Banyumas ke Kota Purwokerto mengharuskan untuk melewati (menyeberangi Sungai Serayu).
Akhirnya diputuskan untuk pemindahan Pilar Si Panji adalah dengan membawanya pada bagian hulu Sungai Serayu yaitu di sumber mata air utama Sungai Serayu di Mata Air "Bima Lukar" di wilayah Pegunungan Dieng, dan memutari Sungai Serayu untuk dibawa ke Kota Purwokerto tanpa harus melewati Sungai (Kali) Serayu.


I.  PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Siswa SMA N Banyumas mempunyai tugas penelitian tempat bersejarah yang dilaksanakan sebagai tugas akhir semester 1.Penelitian ini diikuti oleh siswa kelas X IPS 2 secara berkelompok dengan tujuan untuk menambah wawasan siswa dan menumbuhkan rasa kebersamaan diantara mereka.Selain itu,setelah selesai melaksanakan penelitian diharapkan siswa mampu menulis sebuah Karya Tulis Ilmiah yang berbentuk laporan penelitian.
B.        Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka kami merumuskan masalah yang akan kami tuangkan kedalam laporan ini mengenai :
·         Kapan Museum Wayang Sendang Mas didirikan.
·         Apa saja yang terdapat didalam Museum Wayang Sendang Mas.
·         Sejarah Singkat Museum Wayang Sendang Mas
·         Kapan Pendopo Si panji dibangun.
·         Sejarah Singkat Pendopo Si Panji

C.        Tujuan Penulisan
a)         Berlatih membuat karya tulis yang berbentuk laporan penelitian
b)         Berlatih menulis
c)         Berlatih Berbicara dengan baik dan sopan
d)         Menambah wawasan dan pengetahuan


II. METODOLOGI
A.    Objek
à   Museum Wayang


à   Pendopo Banyumas

B.     Metode Pengumpulan Data
1.      Sumber Tertulis           :
Buku Babad Banjoemas
2.      Sumber Lisan
Bapak Suyudi (Pengelola Museum Wayang)

III. PEMBAHASAN

A.    Museum Wayang
Nama Museum ada dua versi nama Sendang Mas. Versi pertama merupakan kependekan dari Seni Pedalangan Banyumas untuk memberi nama gagrag Banyumasan yang berbeda dengan gagrag Ngayogyakarta maupun Surakarta. Versi kedua menyebutkan nama Museum Sendang Mas berasal dari nama sumur kecil di belakang pendopo Si Panji yang sampai sekarang masih mengeluarkan air. Diameter sumur 0,5 meter dengan kedalaman kurang lebih 2 meter.
Museum ini berdiri 31 Desember 1983 atas prakarsa bapak Soepardjo Rustam, bersama Senawangi (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) dan tokoh-tokoh Banyumas lainnya. Museum ini, berada di kompleks Pendopo Duplikat Si Panji, Banyumas, di jalan Kawedanan no. 1 atau Jl. Gatot Soebroto No. 1. Dulu merupakan bekas pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas sebelum dipindah ke Purwokerto. pada masa pemerintahan bupati ke-14 RT Martadireja II (1832 - 1882), yang berjarak sekitar 15 kilometer dari  Purwokerto. Museum  wayang Sendang Mas menempati bangunan yang bercirikan limasan berada diatas tanah seluas 0,20 Ha dengan luas bangunan seluas 252 m2.
Koleksi Museum Sendang Mas, antara lain Wayang Gagrag Banyumasan tempo dulu dan sekarang, Gagrag Yogyakarta, Wrayang Krucil, Wayang Prajuritan, Wayang Kidang Kencana, Wayang Golek Purwa, Wayang Golek Menak, Wayang Suluh, Wayang Beber, Wayang Kulit Purwa, Wayang Suluh, Wayang Golek Purwo, Wayang Golek Menak, Wayang Krucil, Wayang Beber, Gamelan Slendro, Calung/Angklung, Kaligrafi Huruf Jawa, Wayang Suket/Adam Marifat, Banyumas Tempo dulu, dan masih banyak lagi. Selain itu terdapat benda Tosan Aji, Buku perpustakaan dan arkeologi yang memamerkan sejumlah peninggalan peralatan dari bahan baku batu dan kayu.
Di museum, kami juga melihat dan mengetahui secara persis kekhasan gagrag Banyumasan, terletak pada salah satunya adanya tokoh Bawor yang pada gagrag Ngayogyakarta maupun Surakarta disebut sebagai Bagong. Gending yang ditampilkan pada gagrag Banyumasan adalah gending kembangglepang dan gending-gending Banyumasan lainnnya, sedangkan pada gagrag Ngayogyakarta maupun Surakarta dipakai gagrag Ngayogyakarta maupun Surakarta gending Sulukan, pangkur, dan sebagainya.
Lepas dari itu, kami melihat lintasan sejarah, dimana Kesenian wayang telah melampaui masa ribuan tahun dan terus bertahan dengan menyesuaikan kemajuan jaman. Sejumlah ilustrasi dari berbagai bahan yang telah digunakan dalam pewayangan digambarkan di dalam museum, penggabungan seni dan budaya yang tak lekang dimakan jaman. Dan itu sesuai dengan pendapat Soediro Satoto (2003) seni merupakan lembaga sosial, dokumentasi sosial, cermin sosial, moral sosial, eksperimen sosial, sistem sosial, sistem semiotik, baik semiotik sosial maupun budaya yang amat kaya nuansa makna yang terkandung dalam tanda-tanda yang terbangun oleh seni pertunjukan. Artinya, dalam mempelajari seni, maka juga harus memahami wawasan kebudayaan. Keduanya saling terkait dan menyusun satu sama lain.
Jam kunjung, Senin – Kamis 07.15 – 14.15, Jumat : 07.15 – 11.15, Sabtu: 07.15 – 12.45. hari Minggu tetap dilayani, temui penjaga Museumnya dengan senang hati pengunjung akan dilayani. Harga tiket Rp. 500,-.
Berikut ini koleksi museum sendang Mas Banyumas  :
1. Koleksi Wayang
   a. Wayang Gagrak Banyumasan
   b. Wayang Kulit Purwo Gagrak Yogyakarta
   c. Wayang Kancil
   d. Wayang Kidang Kencana
   e. Wayang Suluh
   f. Wayang Krucil
   g. Wayang Golek Purwo
   h. Wayang Golek Menak
   i. Wayang  Beber
   j. Wayang Suket
   k. Wayang Adam Ma'rifat
2. Gamelan Ageng
3. Foto-foto kenangan Banyumas tempo dulu
4. Lukisan-lukisan Bupati Banyumas
5. Tombak peninggalan Bupati Pertama Banyumas
6. Benda-benda ethnografi kuno Banyumas
7. Benda-benda temuan arkeologi kuno Banyumas

B.     Pendopo Si Panji
SEJARAH SINGKAT
Sebelum tahun 1937, di kompleks inilah Pemerintahan Kabupaten Banyumas dipusatkan. Kemudian dengan digabungkannya Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purwokerto pada 1936, maka atas prakarsa Bupati Banyumas ke 19 yaitu R.A.A. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950), Pendopo Si Panji (yang dahulunya berada di Kota Lama Banyumas) pada bulan Januari 1937 dipindahkan ke ibukota Kabupaten Banyumas di Purwokerto, dan diresmikan pada 7 Januari 1937. Maka kota lama Banyumas hanya menjadi ibukota Kawedanan Banyumas, dan sekarang menjadi ibukota Kecamatan Banyumas. Untuk mengingatkan bahwa dulunya merupakan ibukota Kabupaten Banyumas dan lokasi beradanya Pendopo Si Panji, maka dibangunlah Pendopo Duplikat Si Panji.
PENDOPO SIPANJI
Setelah Perang Diponegoro berakhir (1825-1830) daerah Banyumas dan Kedu (Bagelan) terlepas dari Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta dan berada langsung di bawah pemerintahan Hindia Belanda.

Jendral De Kock mengunjungi Banyumas pada bulan November 1831 dan dengan Keputusan Jendral Van Den Bosch tertanggal 18 Desember 1831 dibentuklah Karesidenan Banyumas yang terdiri dari lima Kabupaten, yaitu : Banyumas, Ajibarang, Purbalingga, Banjarnegara, dan Majenang.

Kabupaten Banyumas pada masa itu terdiri dari tiga distrik yaitu : Banyumas, Adirejo, dan Purworejo Klampok. Kabupaten Ajibarang terdiri dari tiga distrik yaitu : Ajibarang, Jambu (sekarang Jatilawang) dan Purwokerto.

Karena bencana angin topan selama 40 hari yang melanda Kabupaten Ajibarang pada tahun 1832, maka ibukota Kabupaten pada tanggal 6 Oktober 1832 dipindahkan ke Desa Paguwon, Distrik Purwokerto.

Bupati Ajibarang pada saat itu adalah Adipati Aryo Mertodirejo II yang dapat disebut juga sebagai Adipati Purwokerto I.

Rumah atau pendopo Kabupaten Banyumas dan Kota Banyumas didirkan pada tahun 1582 oleh Kyai Adipati Wargautama II yang dapat disebut sebagai Bupati Banyumas I dan dikenal pula dengan sebutan Kyai Adipati Mrapat. Kemudian Adipati Yudonegoro II (Bupati Banyumas VII tahun 1707-1743) memindahkan Kabupaten Banyumas agak ke sebelah timur dengan sekaligus membangun rumah Kabupaten berikut Pendoponya. Dan  yang sekarang terkenal dengan nama SI  PANJI.

Banyak cerita yang berhubungan dengan pendopo Si Panji dengan keanehannya. Cerita itu antara lain :
1.      Pada tanggal 21 s.d 23 Februari 1861 sebagaimana tersebut dimuka, kota Banyumas dilanda banjir hebat (Blabur Banyumas) karena meluapnya Kali Serayu. Sebagian pengungsi berusaha menyelamatkan diri dengan naik ke atas pendopo "Si Panji". Setelah air bah surut, ternyata pendopo ini tidak mengalami kerusakan atau perubahan sedikitpun pada keempat tiangnya (saka guru). Bupati Banyumas pada masa itu adalah Raden Adipati Cokronegoro I yang menjabat sejak tahun 1831.
 
2.      Konon ketika pendopo itu akan dibangun, semua sesepuh/tokoh masyarakat Banyumas menyumbangkan calon saka guru pendopo atau bahan bangunan yang lain. Semua Ki Ageng telah memenuhi permintaan Sang Adipati, kecuali Ki Ageng Somawangi, sehingga ia dipanggil untuk menghadap Sang Adipati akan dimintai keterangannya. Menghadaplah Ki Ageng Somawangi memnuhi panggilan dinas Sang Adipati. Sementara itu pembangunan pendopo sedang dikerjakan. Untuk menebus kesalahannya, pada saat itu pula ia langsung menyerahkan saka guru pendopo yang ia ciptakan dari tatal dan potongan-potongan kayu yang berserakan di sekitar kompleks pembangunan itu. Hal itu oleh Sang Adipati tidak disambut baik, bahkan sebaliknya itu dianggap suatu sikap pamer atau mendemonstrasikan kebolehannya, akibatnya malahan ia dituduh berniat akan njongkeng kewibawaan sang Adipati. Atas tuduhan yang kurang adil itu, Ki Ageng marah, segera meninggalkan Kadipaten tanpa pamit. Sang Adipati merasa sangat tersinggung, segera menyuruh prajurit kabupaten supaya menangkap Ki Ageng yang dianggap ngungkak krama itu. Namun karena kesaktiannya (perlindungan Allah) ia dapat lolos dari bahaya itu. Konon tongkatnya ditancapkan di suatu tempat yang untuk sementara tongkat tersebut berganti wujud persis seperti sosok Ki Ageng. Sementara para prajurit menganiyaya Ki Ageng tiruan, Ki Ageng Somawangi dari jalan raya menerobos melalui jalan setapak menuju padepokannya yang sekarang menjadi Desa Somawangi, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara. Desa di mana Ki Ageng menerobos untuk menghindari kejaran prajurit Banyumas (rejaning jaman) kemudian diberi nama “Panerusan” yang pernah menjadi desa perdikan berstatus “Kademangan”. Sekarang menjadi nama desa di Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok. Sebagai pembalasan atas sikap Sang Adipati yang dianggap daksinya, Ki Ageng Somawangi memberikan sumpah serapah atau kutuk pastunya kepada trah Banyumas terutama kepada yang menjabat sebagai priyayi yakni barang siapa diantara para keturunan Bupati Banyumas yang datang ke Desa Somawangi dan melewati (menyeberangi) Kali Sidula (sungai kecil yang bermuara di Kali Sapi), ndilalah (kersaning Allah), jabatannya akan lepas atau sekurang-kurangnya turun pangkat. Apa hanya secara kebetulan atau memang ampuhnya kutukan itu, konon sumpah serapah itu benar-benar mempan, sehingga sampai sekarang masih ada orang yang mempercayainya, sekalipun bukan trah Bupati Banyumas. Siapakah Raden Somawangi (Ki Ageng Somawangi) Ia adalah cucu Ki Ageng Penjawi (nama samaran). Ki Ageng Penjawi adalah mantan Bupati Pasantenan (Pai) yang karena konflik dengan Kerajaan Mataram terpaksa hijrah ke wilayah Banyumas yang lazim disebut daerah mancanegara.
 
3.      Cerita lain menyebutkan bahwa salah satu saka guru Pendopo Si Panji (yang dikeramatkan) berasal dari hutan belantara di daerah hulu Kali Serayu Kabupaten Banjar (Banjarwalulembu). Konon hutan itu sangat wingit (Jawa sato mara sato mati jalma mara jalma mati).  Kata sehibul hikayat, saka guru yang satu itu cenderung ingin kembali ke asalnya. Namun keinginannya itu tidak mungkin terlaksana. Setelah ada penggabungan Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Purwokerto tahun 1936, atas prakarsa Adipati Aryo Sujiman Gandasubrata (Bupati Banyumas XX), Pendopo Si Panji pada bulan Januari 1937 dipindahkan dari Banyumas ke Purwokerto. Barangkali terpengaruh kepercayaan-kepercayaan tersebut di atas dan untuk menghindari hal-hal (peristiwa gaib) yang tidak diinginkan, maka pemboyongan pendopo Si Panji yang keramat itu tidak melewati Sungai Serayu, tetapi melewati daerah Semarang. 

KISAH SAKA GURU & PEMINDAHAN PENDOPO SIPANJI

Masyarakat Banyumas sangat mengenal Pendopo Si PanjiPendopo Kabupaten Banyumas yang sampai saat ini masih kokoh berdiri megah di kota Purwokerto dan menjadi ‘’Pujer” (pusat) Pemerintahan Kabupaten Banyumas. Hingga saat ini Pendopo Si Panji masih dikeramatkan, khususnya pada salah satu tiang sebelah barat yaitu soko guru (tengah) selalu diberi sesaji agar semua kegiatan yang belangung di Pendopo Si Panji dapat berjalan lancar tanpa ada gangguan. 
Kisah-kisah misteri sering terdengar dari Pendopo Si Panji yang diboyong dari kota Banyumas kePurwokerto dengan memutar ke Pantura, tidak melewati (nglangkahi) Sungai Serayu. KabupataenBanyumas didirikan pada tahun 1852 ole Kyai Adipati Wargautama II yang juga disebut sebagaiBupati Banyumas I dan dikenal sebagai Kyai Adipati Mrapat. Dalam perjalanan sejarah, Adipati Yudongoro (Bupati Banyumas VII / 1708 – 1743) memindahkan pusat Kabupaten Banyumas agak ke sebelah timur dengan sekaligus membangun rumah Kabupaten berikut Pendopo yang dikenal denganPendopo Si Panji.
Dalam sejarahnya, Pendopo Si Panji sering memunculkan keanehan dan cerita mistis, misalnya pada tanggal 21-23 Februari 1861, kota Banyumas dilanda banjir bandang / Blabur Banyumas,  karena meluapnya Sungai Serayu. Puluhan pengunsi berusaha menyelamatkan diri dengan naik ke atas (atap)Pendopo Si Panji. Setelah air bah surut, ternyata Pendopo Si Panji tidak mengalami kerusakan atau perubahan sedikitpun pada keempat tiangnya (saka guru). Posisi Pendopo juga tidak bergeser sedikitpun padahal bangunan disekitarnya roboh karena diterjang banjir setinggi lebih dari 3,5 meter.
Misteri lain, ketika Pendopo akan dibangun, semua sesepuh dan tokoh masyarakat Banyumas supaya menyumbangkan calon saka guru Pendopo maupun bahan bangunan yang lain. Semua tokoh masyarakat telah memenuhi permintaan sang Adipati, kecuali Ki Ageng Somawangi, sehinga ia dipangil untuk menghadap Adipati Yudonegoro II untuk dimintai keterangannya. Ki Ageng Somawangi menghadap memenuhi panggilan sang Adipati. Untuk menebus kesalahannya, pada saat itu pula ia langsung menyerahkan saka guru Pendopo yang ia ciptakan dari “tatal” dan pontongan-potongan kayun yang berserakan disekitar komplek pembangunan itu. Hal itu tidak disambut baik oleh sang Adipati, bahkan diangap suatu perbuatan yang “pamer kadigdayan”. Akibatnya ia malah dituduh akan “menjongkeng kawibawan” (mengambil alih kekuasaan) Sang Adipati.
Atas tuduhan yang kurang adil itu, Ki Ageng Somawangi marah, segera meningalkan Kadipaten tanpa pamit. Sang Adipati sangat tersingung dan menyuruh prajuritnya untuk menangkap Ki Ageng Somawangi yang dianggap “ngungkak krama” (membangkang) itu. Namun karena kesaktiannya, ia dapat lolos dari upaya penangkapan. Konon tongkat saktinya ditancapkan di suatu tempat dan berubah wujud menyerupai Ki Ageng Somawangi. Sontak para prajurit menganiaya Ki Ageng Tiruan.
Ki Ageng Somawangi melanjutakan pelarian menyimpang dari jalan raya, menerobos melalui jalan setapak menuju padepokannya yang sekarang dikenal dengan Desa Somawangi Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Desa dimana Ki geng Somawangi menerobos untuk menghindari kejaran Prajurit Banyumas, kemudian diberi nama “Panerusan”. Dengan demikian diketahui bahwa ada saaat awal pembangunan Pendopo Si Panji sempat menimbulkan ontran-ontran tokoh Banyumas itu.
Masyarakat Banyumas mempercayai bahwasanya salah satu tiang utama (saka guru) Pendopo Si Panji yang dikeramatkan, berasal dari hutan belantara di hulu Sungai Serayu. Dari cerita yang berkembang, kayu yang telah digunakan sebagai tiang itu ingin kembali lagi ke hutan yang sangat angker itu. Sampai saat ini saka guru yang masih kokoh itu katanya ada penunggunya berupa sosok ular dan seorang kakek berjenggot panjang.
Setelah ada penggabungan Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Purwokerto tahun 1936 atau prakarsa Adipati Arya Sudjiman Gandasubrata (Bupati Banyumas XX), pada Bulan Janauari 1937Pendopo Si Panji dipindahkan dari Banyumas ke Purwokerto. Berdasarkan suara gaib dan petunjuk dari para sesepuh Banyumas dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pemindahanPendopo Si Panji yang keramat itu tidak melewati Sungai Serayu, tetapi melewati pantai utara Jawa (Pantura), Semarang ke barat, Bumiayu, Ajibarang, kemudian sampai ke Purwokerto.
Ada beberapa hal yang menjadikan Pendopo Si Panji dipindah ke Purwokerto. Ada sasmita bahwa kelak kota Purwokerto akan maju pesat dan menjadi kota perdagangan dan pusat pemerintahan. Pemindahan pendopo sebagai simbol pengakuan betapa kota Banyumas sulit bekembang, karena tidak ada jalur kereta api, lahan kota sempit, dan akses ke laur tidak berkembang. Maka saat itu pun kota Banyumas sepi dan sulit berkembang. Hal ini membuktikan apa yang diperkirakan oleh Bupati Sudjiman Gandasubrata itu benar.
Untuk mengenang kebesaran Pendopo Si Panji, Pemda Kabupaten Banyumas telah membangun “dulpilkat” pendopo di bekas berdirinya Pendopo Si Panji. Namun tidak sesuai dengan aslinya bahkan terkesan lebih mewah dari Pendopo Si Panji yang ada di Purwokerto.
Dari rangkaian sejarah, ternyata sejak pembangunannya sudah ada aura mistis dan pertentangan tokoh, pernah menjadi pengungsian puluhan penduduk yang naik ke atas pendopo dan tidak ada kerusakan saat banjir bandang. Perjalanan sejarah selanjutnya pendopo yang keramat ini tidak mau melewatiSungai Serayu dan di arak lewat Semarang (Pantura) hingga ke kota Purwokerto. Suatu hal aneh yang sampai saat ini belum terkuak adalah alasan mengapa pemindahanyya tidak boleh melewati Sungai Serayu, tetapi harus melewati ratusan kilometer memutar Jawa Tengah. 



 IV. PENUTUP
A.    Kesimpulan

Dengan diadakannya penelitian tersebut maka dapat kami simpulkan bahwa terdapat banyak  Obyek Pariwisata yang murah dan menarik di wilayah Banyumas. Obyek Pariwisata merupakan salah satu daya tarik pengunjung untuk mendatangi wilayah Banyumas. Ada banyak obyek wisata di daerah Banyumas yang belum diketahui oleh masyarakat luas, sehingga kita sebagai masyarakat Banyumas ikut serta mempromosikan dan mengenal kepada masyarakat luas mengenai Obyek Pariwisata yang ada di Banyumas. Kita juga perlu menjaga dan melestarikan wilayah Banyumas, agar tetap indah dan dapat menarik wisatawan untuk datang kesini.

B. Tujuan
Ø  Menambah wawasan mengenai bangunan bersejarah di Banyumas.
Ø  Menarik minat para wisatawan untuk mengunjungi obyek pariwisata tersebut.
Ø  Menggali lebih dalam tentang informasi seputar objek wisata tersebut.
Ø  Memperoleh data yang akurat dengan datang langsung ke tempat tersebut.




Lirik Lagu When I Was Your Man

Same bed but it feels just a little bit bigger now
Our song on the radio but it don't sound the same
When our friends talk about you, all it does is just tear me down
Cause my heart breaks a little when I hear your name

It all just sounds like oooooh…
Mmm, too young, too dumb to realize
That I should have bought you flowers
And held your hand
Should have gave you all my hours
When I had the chance
Take you to every party
Cause all you wanted to do was dance
Now my baby's dancing
But she's dancing with another man

My pride, my ego, my needs, and my selfish ways
Caused a good strong woman like you to walk out my life
Now I never, never get to clean up the mess I made, ohh…
And it haunts me every time I close my eyes

It all just sounds like oooooh…
Mmm, too young, too dumb to realize
That I should have bought you flowers
And held your hand
Should have gave you all my hours
When I had the chance
Take you to every party
Cause all you wanted to do was dance
Now my baby's dancing
But she's dancing with another man

Although it hurts
I'll be the first to say that I was wrong
Oh, I know I'm probably much too late
To try and apologize for my mistakes
But I just want you to know

I hope he buys you flowers
I hope he holds your hand
Give you all his hours
When he has the chance
Take you to every party
Cause I remember how much you loved to dance
Do all the things I should have done
When I was your man
Do all the things I should have done
When I was your man


PROPOSAL KEGIATAN (MATERI BAHASA INDONESIA)

PROPOSAL KEGIATAN

       Di Susun Oleh :

*    Denna Bio Arli                     (05)
*    Elvin Rifky Mariawan         (06)
*    Ibnu Arkhan Mustafa          (11)
*    Kintan Noorca Bestanda      (13)
*    Rika Tri Nuriawati               (21)

Kelas            : X IPS 2

 PROPOSAL KEGIATAN DIRGAHAYU RI KE-69 DESA KALICUPAK

A.    LATAR BELAKANG
            Kegiatan Dirgahayu Desa Kalicupak merupakan acara tahunan yang diselenggarakan untuk memperingati dan memeriahkan RI. Acara ini diselenggarakan untuk mempererat tali persaudaraan antar warga Desa Kalicupak.
            Oleh karena itu, acara ini penting untuk digelar demi menambah nasionalisme warga Desa Kalicupak. Acara ini merupakan acara positif yang diikuti dari berbagai macam usia.

B.     TUJUAN KEGIATAN
1.      Mempererat tali persaudaraan sesame warga Desa Kalicupak.
2.      Sebagai ajang untuk menyalurkan bakat warga Desa Kalicupak.
3.      Melatih kejujuran dalam menghadapi persaingan.
4.      Menambah rasa nasionalisme warga Desa Kalicupak.

C.    TEMA DAN NAMA KEGIATAN
            Tema kegiatan ini adalah “Kibarkan Semangat Nasionalisme”. Sementara itu, nama kegiatan ini adalah “Dirgahayu RI Ke-69”

D.    JENIS KEGIATAN
Lomba

E.     PESERTA
            Sasaran kegiatan ini adalah seluruh warga Desa Kalicupak.

F.     PENYELENGGARA
            Kegiatan ini diselenggarakan oleh Karang Taruna Desa Kali Cupak.

G.    SUSUNAN ACARA
 Kegiatan ini dilaksanakan pada 17-18 Agustus 2014 bertempat di lapangan Desa Kalicupak. Susunan acara kegiatan ini telah terlampir.


H.    SUSUNAN PANITIA
            Pelaksanaan kegiatan ini diserahkan kepada pengurus Karang Taruna Desa Kalicupak. Dengan susunan pantia sebagai berikut :
           
            Penanggung jawab      : Sutanto
            Ketua Panitia              : Ibnu Arkhan Mustafa
            Sekretaris                    : Denna Bio Arli
            Bendahara                   : Kintan Noorca Bestanda
            Anggota 1                   : Rika Tri Nuriawati
            Anggota 2                   : Elvin Rifky Mariawan
1.      Coordinator umum
      Arkhan
      Aril
2.      Perlengkapan
      Tri
      Noorca
3.      Dokumentasi
      Rifky
      Kiki
4.      P3K
      Nina
      Nuri
5.      Konsumsi
      Besta
      Awan

RENCANA ANGGARAN
1.      Rencana pengeluaran
~ Rincian hadiah
-          Lomba balap karung
Juara 1 : Tas
Juara 2 : Kaos
Juara 3 : Sandal
-          Lomba mengambil koin
Juara 1 : DVD Player
Juara 2 : Kipas Angin
Juara 3 : Music box
-          Lomba Bakiak
Juara 1 : 1 set alat tulis
Juara 2 : 1 pack buku tuis
Juara 3 : tempat pensil
-          Lomba makan krupuk
Juara 1 : sepatu
Juara 2 : tas
Juara 3 : Jam tangan
-          Lomba membawa kelereng
Juara 1 : snack
Juara 2 : silver queen
Juara 3 : Taro

~ Rincian Dana Alat Perlengkapan
      Spanduk                      : Rp 150.000,00
      Sound System             : Rp 400.000,00
      Perlengkapan Lomba  : Rp 300.000,00
      Total                            : Rp 850.000,00
~ Rincian Dana Konsumsi
      Air Mineral                  : Rp 400.000,00
      Snack                          : Rp 600.000,00
      Total                            : Rp 1.000.000,00
~ Rincian Dana Hadiah
      Total                            : Rp 1.415.000,00

TOTAL SELURUH ANGGARAN PENGELUARAN : RP 3.215.000,00

2.      Rencana pemasukan
Sponsor                 : Rp 3.500.000,00
Total                      : Rp 3.500.000,00

3.      Rekapitulasi Anggaran
Rencana pengeluaran        : Rp 3.215.000,00
Rencana pemasukan          : Rp 3.500.000,00
Sisa                                  : Rp   785.000,00




I.       PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat sebagai bahan acuan dan kerangka dasar demi terlaksananya kegiatan ini.
                                                                              Banyumas, 23 Maret 2014

        Ketua                                                                                       Sekretaris                                                                                                          

Ibnu Arkhan Mustafa                                                       Denna Bio Arli


Mengetahui,
Kepala Desa

Sutanto